Senin, 25 Januari 2016

THE DOOR




Apa yang ku suka darinya ?
Entahlah akupun juga tidak tau.
Apakah matanya ? atau hidungnya ? atau suaranya ? atau senyumnya ?
Aku tidak tau jawabnya. Yang jelas saat dia menatapku tiba-tiba tubuhku menghangat, pipiku memanas dan memerah, lututku mendadak lemas, dan tubuhku terasa kaku tak bisa bergerak.
Apakah ini yang disebut perasaan cinta ?
Jika memang benar ini cinta, aku akan memohon pada Tuhan untuk menghapuskan rasaku ini. Rasa yang tidak boleh ku rasakan jika ingin tetap bersamanya.
.
.
            13 Januari 2010
“Han, pulang sekolah ini kau bisa menemaniku ke perpustakaan ?”,tanya Ardani.
“kebetulan aku juga mau mengembaikan buku yang ku pinjam kemarin, kau mau apa ke perpus Ar ?”,tanya Hana. “tentu saja membaca Han , kau pikir berkencan ? jika berkencan aku tidak akan mengajakmu ke perpus”.
“lalu kemana ? pantai ?”,tebak Hana asal. “ya benar, ke Paaaaa.....sar”,jawab Ardani jahil. “kau !”. Ardani langsung kabur saat dilihatnya Hana bersiap melemparnya dengan sebuah buku.
 **
             24 Maret 2011
“kau mau kemana sih ?”, tanya Ardani sambil bersandar di pintu kamar Hana. Melihat Hana yang sedang sibuk di depan meja riasnya membuat Ardani bingung. Hana bukan tipikal perempuan yang suka berdandan, memakai bedak dalam sebulan saja bisa di hitung menggunakan jari. Tapi sore ini, ketika Ardani mencari Hana hendak menanyakan tugas matematika yang sukar di kerjakan. Ia malah melihat Hana bersiap untuk pergi.
“kencan”,jawab Hana singkat tan menatap Ardani. “kemana ?”
“apa aku harus memberitahumu ?”. Ardani berdecak sebal. “dengan siapa kau pergi”
“bukan urusanmu Ar”,jawab Hana. “aissh, ya sudahlah kau berkencan saja sana, aku mau pulang”,ucap Ardani acuh. Setalah melangkahkan kakinya dua langkah ia berhenti sebentar. Lalu berbalik menatap Hana. “make up mu tidak cocok, terlalu berlebihan”
Hana menghentikan kegiatannya memakai blush on. Melihat ke arah pintu kamarnya sesaat. Ada perasaan aneh yang menyusup di hatinya saat melihat Ardani berjalan dengan kaki yang menghentak-hentak kesal. Apa tadi ucapannya keterlaluan pada Ardani ?
 **
9 Desember 2011
“Han, ayolah.. temani aku”, ucap Ardani merengek. Hana menutup telinganya frustasi,suara Ardani yang terdengar menjijikan di telinganya membuat konsentrasi Hana dalam mengerjakan soal Fisika pecah.
“Ardani aku sedang sibuk, PR Fisikaku belum selesai, memangnya kau sudah ?  kau mau mengajakku kemana sih ?”, tanya Hana sebisa mungkin meredam emosi yang ada di suaranya. “temani aku menonton festival seni, ayolah Han temani aku”,ucap Ardani masih dengan suara merengek dan memelas yang menggelikan di telinga Hana. “aduh Ar, PRku Fisika belum selesai dan lusa tugas ini harus di kumpulkan, kau ajak Ariko atau Yeri saja”.
“aku maunya denganmu Hana, mereka tidak sama seleranya denganku, ayolah Han temani aku, tugas Fisikamu biar aku yang mengerjakannya nanti”. Hana menatap Ardani sekilas, lalu mengangguk pasrah mengiyakan ajakan Ardani.
“huaaa, kau memang teman terbaikku Han”,teriak Ardani histeris lalu mencium pipi kanan Hana sekilas. “ayo cepat, kau ganti baju dulu Han, jangan lupa dandan yang cantik, setelah menonton festival kita berkencan”. Lalu Ardani kembali mencium pipi Hana kali ini pipi kiri hana yang menjadi sasarannya.
Hana masih berdiam diri ditempatnya. Tubuhnya tiba-tiba kaku seperti patung. Ini yang dia takutkan dari dulu. Kontak fisik berlebihan dengan Ardani dapat membuat perasaan yang di bungkus rapat-rapat oleh Hana berantakan. Perasaan yang selama lima tahun mati-matian Hana tepis agar dia bisa terus berteman dengan Ardani. Sekarang perasaan itu kembali menguar hanya dalam waktu beberapa detik saja. Hana memang sering melakukan kontak fisik dengan Ardani sepeerti berpegangan tangan atau ciuman di pipi seperti kejadian barusan tapi itu dulu saat mereka masih kecil, setelah berusia 10 tahun mereka jarang melakukan kontak fisik. Tapi setelah bertahun-tahun berlalu kenapa Ardani melakukan kebiasaan ini lagi ? 
 **
            15 April 2012
“pokoknya kau harus ke taman sekarang”,ucap Hana sambil terisak saat menelpon Ardani.
Tadi saat Hana hendak memasuki Lab. Biologi untuk melanjutkan tugas praktek yang dikerjakan secara kelompok. Tak sengaja Hana mendengar teman-temannya sedang membicarakannya. Mereka membahas tentang bagaimana hubungan Ardani dan Hana. Sekilas tadi Hana mendengar teman-temannya menuduh dirinya sebagai wanita tak baik karena terlalu dekat dengan Ardani. Perkataan temannya-temannya tadi membuat hati Hana kesal, tapi bukannya melawan dia malah berlari ke taman sekolah dan menangis disana.
“ada apa ?”,tanya Ardani saat tiba di depan Hana, nafasnya naik turun karena berlari dari kelasnya menuju taman yang  jaraknya lumayan jauh. Hana mendongak menatap Ardani dengan mata berair.
“kau kenapa menangis Han ? astaga”. Ardani panik saat melihat air mata Hana semakin deras mengalir. “ceritakan padaku ada apa ? jangan menangis dulu”
“ta..di aku men..dengar teman-te..manku yang ti..dak suk..a melihat ak..u de..kat dengan..mu”,ucap Hana terbata menahan tangis. Meskipun terbata Ardani dapat menangkap apa yang dikatakan Hana dengan jelas. Rahangnya mengeras menahan emosi. Dengan pelan Ardani menarik Hana ke pelukannya. “sudahlah jangan menangis, untuk apa kau menangisi mereka, jangan pikirkan perkataan mereka, lebih baik kau pikirkan aku yang haus karena berlari ke taman”,ucap Ardani mencoba menenangkan Hana. Tangan kanannya mengelus lembut rambut Hana.
Hana memukul pelan lengan Ardani lalu melepaskan pelukannya. “sudah jangan menangis, aku sedih melihatmu menangis ,kau itu separuh ragaku jadi jika kau menangis akan membuat hati kecilku menjerit pilu karena kesakitan”,ucap Ardani dengan kata dan nada yang di buat-buat sambil tangannya terulur membersihkan sisa-sisa air mata di pipi Hana.
“menjijikan ! ayo ke kantin”,ucap Hana sambil menarik tangan Ardani.
Tanpa sepengetahuan siapapun, Ardani tersenyum samar melihat Hana yang sudah kembali tersenyum.
**           
            22 Mei 2012
Hana menghentikan langkahnya dan terdiam untuk beberapa waktu. Langkah yang hendak menuju kantin tersebut mendadak kaku untuk di gerakkan. Tiga meter di depan arah pandangan terlihat pemandangan yang tidak ingin pernah Hana lihat. Pemandangan yang harus Hana hindari jika hatinya tidak ingin sakit. Di depan sana Hana melihat Ardani sedang bersama seorang gadis, yang Hana tidak kenal siapa. Mereka terlihat tertawa senang sambil membicarakan sesuatu yang tidak ingin Hana tau.
Hana sudah ingin berbalik dari lorong yang satu-satunya menghubungkannya dengan arah kantin, tapi tiba-tiba saja Ardani mengtahui keberadaannya dan memanggilnya.
“tunggu sebentar”,ucap Ardani sedikit berteriak. Hana melihat Ardani berpamitan pada gadis tersebut lalu berlari menghampirinya.
“kau mau kemana ?”,tanya Ardani begitu sampai di sebelah Hana. Hana melirik Ardani sekilas lalu melirik ke arah dimana Ardani bersama seorang gadis tadi. “tadinya mau ke kantin tapi tidak jadi”,jawab Hana sebisa mungkin membuat suaranya tidak bergetar. Gadis itu mati-matian menahan tangis di depan Ardani.
“kenapa ?”,tanya Ardani sambil  menatap Hana intens. Mencoba menelisik apa yang terjadi dengan Hana. “aku sudah kehilangan selera makan”
Ardani hanya mengagguk sekilas menanggapi ucapan Hana. “Han, menurutmu bagaimana Alena tadi ? cantik tidak”
“Alena ?”,tanya Hana bingung.
“iya, adik kelas yang bersamaku tadi, aku berniat menjadikannya kekasihku. Bagaimana menurutmu ?”,tanya Ardani dengan mata berbinar.
Bibir Hana bergetar. Dia tidak boleh berlama-lama disini. “cantik”,jawab Hana sekilas lalu dengan cepat berlalu pergi dari hadapan Ardani.
“Han kau mau kemana ? aku belum selesai bicara”,teriak Ardani. Namun Hana terus berjalan cepat tanpa menghiraukan teriakan Ardani.
**
            12 Juli 2013
Akhir-akhir ini Hana jarang keluar rumah. Hana juga jarang menghabiskan waktu bersama Ardani lagi. Setiap hari Hana mengurung diri di kamar. Hana berubah menjadi gadis yang malas akhir-akhir ini.
Tentang perasaannya pada Ardani, Hana mulai mencoba melupakannya perlahan. Tapi bukannya lupa Hana malah selalu memikirkannya setiap hari. Akhirnya untuk melupakan Ardani, Hana mengurung diri di kamar. Duduk di depan laptop dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton film.
Hana menoleh kearah pintu saat mendengar suara mamanya dari luar pintu “Han, ada surat untukmu”. Dengan sangat malas Hana beranjak dari kursinya.
Hana mengerutkan dahinya bingung saat melihat sebuah amplop berwarna biru di tangannya kini. Dengan penasaran Hana membuka isi amplop tersebut.

Hallo..
Apa kabar ? apa waktu cuti yang ku berikan padamu untuk tidak bertemu denganku sudah cukup Han ? Ayo keluar jangan mengurung diri di kamar terus. Apa kau tidak bosan berpura-pura ? aku saja sudah bosan setengah mati.
Han, apa kau pernah mendengar pepatah “cinta sendirian lebih sakit daripada cinta tak berbalas ?”. Lebih baik kau mengungkapkan apa yang ada di hatimu daripada kau menyimpannya sendirian. Itu pasti lebih melegakan.
Jadi jika sampai detik ini kau masih menyukaiku. Bukalah pintu kamarmu lalu berlarilah menuju taman sekarang. Tapi aku sarankan kau mandi dulu lalu berdandan yang cantik, aku tidak mau orang-orang melihat penampilanmu yang sangat berantakan.
Cepatlah, aku menunggumu sekarang.
Aku mencintaimu.
Ardani

Hana menutup mulutnya tak percaya. Hana mencubit lengannya pelan memastikan bahwa ini tidak mimpi. Setelah yakin ini bukanlah mimpi. Hana membuka pintu kamarnya lalu berlari menuju taman. Untung saja tadi pagi dia sudah mandi, jadi tidak perlu membuang waktu lama untuk menemui Ardani.
Dari kejauhan Hana dapat melihat Ardani yang berdiri lima meter dari arahnya sekarang. Hana mempercepat larinya. Hana langsung menghambur ke pelukan Ardani saat tiba di depan laki-laki tersebut. Menangis tanpa suara di pelukan Ardani. Hana masih tidak percaya cinta yang dia pendam selama bertahun-tahun akhirnya terbalas juga.
******
 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo