NO ENDING
Suara
angin dan alunan senar gitar bergema dengan indah. Membawa langkah seorang gadis
menuju sumber suara itu. Langkahnya berhenti tepat didepan ruang kesenian.
Perlahan dilihatnya seseorang dari pojok jendela. Seorang siswa
laki-laki sedang memetik gitarnya dengan serius. Gadis itu dibuatnya kagum
dengan permainan gitarnya. Tak bermaksud mengintip, gadis itu pun membalikkan
tubuhnya berniat pergi.
BUKK!!
“Auww..”
rintih gadis itu kesakitan campur kaget.
“Lo
ngapain disini? Ngintip ya?” cerocos seorang siswa laki-laki lain yang entah
dari mana asalnya tiba-tiba menabrak tubuh gadis itu. Bagaimana bisa laki-laki menabrak tubuh seorang perempuan dan tidak
meminta maaf? Malah menuduh yang seperti itu. Gumam gadis itu dalam hati.
“Enak
aja.. enggak kok” jawab gadis itu sambil berusaha berdiri. Tiba-tiba pintu
ruang kesenian terbuka. Gadis yang hampir berdiri itu terjatuh lagi melihat seorang
siswa laki-laki telah berdiri di depannya. Ditatapnya laki-laki itu sambil
mendongak.
“Kau tak
apa?” tanya siswa bergitar tadi kepada si gadis sambil mengulurkan tangannya
berniat membantu. Sedikit gugup, gadis itu meraih tangannya.
“Ti..
tid.. tidak” gadis itu tergagap menjawabnya. Laki-laki yang menabraknya tadi
terheran melihat pemandangan aneh didepannya. Lalu tiba-tiba ia tertawa melihat
wajah gadis itu yang merona merah menahan malu.
“Hahaha..
heh lihat tuh wajah lo, kayak tomat merah banget..salting lo di deketin farel. Hahahaha…”
“Hiih..
apaan sih lo, gak ada kerjaan lain apa?” balas gadis itu yang kemudian
diacuhkan laki-laki tadi. Ya, laki-laki itu melengos pergi begitu saja sambil
tertawa. Stress. Batin gadis itu
lagi.
“Hmm..
kamu tak ingin ke kelas?” tanya siswa bergitar tadi sambil melihat jam
tangannya. Buru-buru gadis itu juga melihat jam tangannya yang sudah tak
berfungsi sejak kemarin. Gadis itu lalu menatap siswa bergitar, dan tersenyum
sambil menunjukkan rentetan giginya yang putih. Siswa bergitar itu juga
melontarkan senyumnya. Entah sadar atau tidak, gadis itu malah langung pergi
berlari tanpa menjawab pertanyaan siswa tersebut.
“Ckckck…
aneh” decak siswa bergitar.
~^^~
Saat
pelajaran berlangsung dikelasnya, gadis itu masih membayangkan kejadian aneh
tadi sambil senyum-senyum sendiri seperti orang gila baru. Bahkan teman
sebangkunya terlihat jijik melihatnya seperti itu. Tanpa gadis itu sadari,
sedari tadi ia sedang mencoret-coret buku catatannya hingga hampir jebol.
“Hehh..
lo kenapa sih?” tanya teman sebangkunya.
“Hmmm..
gapapa kok” jawab gadis itu juga sambil senyum.
“Mbak.. kamu iya kamu, tadi saya bilang apa?” tanya dan tunjuk Pak
Nashori kepada teman sebangku gadis itu. Merasa sedikit tersadar, gadis itu
berhenti tersenyum dan kembali fokus pada pelajaran itu seolah tak mau kena
batu seperti temannya.
“Engg…
nganu.. eee..”
“Sebelahnya!!”
Mati gue. Umpat gadis itu pada dirinya sendiri. Lalu ia terdiam karena tak bisa menjawab. Semua mata tertuju pada mereka
berdua.
“Makanya
didengarkan kalo guru bicara. Nanti ada waktunya sendiri kalian bicara.
Ngerti?”
“Iya
Pakk..” mereka berdua menjawabnya lirih. Seolah tak mendengar, Pak Nashori
mengulang pertanyaannya dengan ketegasan, lebih cenderung membentak sebenarnya.
“Ngerti
apa ndak?!!”
“Iya
Pakk..” jawab mereka berdua lebih keras.
Yaa… nama
gadis itu adalah Fika, seorang gadis yang bertingkah sok dingin atau memang
dingin dengan orang yang baru dikenalnya. Fika adalah seorang gadis yang
menyukai siswa bergitar bernama Farel sejak ia bertemu dengannya beberapa
minggu lalu. Dan laki-laki yang menabrak Fika tadi pagi adalah Rafa, teman
abstraknya. Menurut Fika, Rafa adalah teman terusil, terjorok, ternyebelin, dan
ter- ter- yang lainnya yang pernah Fika kenal. Dan tanpa Fika sadari, salah
satu dari teman dekat Fika ada yang menyembunyikan perasaan diam-diam tanpa ada
yang tau. Salah satu dari mereka menyukai Farel selain Fika. Dan awal cerita dimulai
saat Fika juga menyukai Farel. Seolah seperti dalam sinetron, Fika selalu
membayangkan ia berada dalam sebuah cinta segitiga dimana kedua laki-laki memperebutkannya. Benar-benar indah jika itu
sampai terjadi.
~^^~
Pagi yang
cerah matahari bersinar menyusup kecelah-celah jendela kamar gadis yang sedang
bermimpi dalam tidurnya. Sekejap gadis itu menggeliatkan tubuhnya tapi tak
segera beranjak bangun dari tempat tidurnya itu. Seketika gadis itu beranjak bangun
dari kasurnya setelah tersadar
saat melihat jam sudah menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit. Ia bergegas
turun dari kasurnya dan pergi mandi. Tak ingin berlama-lama, gadis itu segera
memakai seragamnya, membawa tas serta dirinya keluar dari kamarnya.
“Mama kok
nggak bangunin Fika sih?” tanya Fika buru-buru menyambar sarapan dimeja.
“Biarin
aja. Kalo nggak gitu, mau sampe tua kamu mau dibangunin mama? Sarapannya dibawa
aja ke sekolah”
“Duhh..
nggak usah Ma, Fika berafakat dulu” jawab Fika terburu-buru sambil mencium
tangan Mamanya.
Fika
gelisah setengah hidup-bukan setengah mati- karena jam sudah menunjukkan 10
menit sebelum bel masuk. Dalam hati Fika terus bergumam agar ia tidak telat.
Karena jika telat, akan sangat memalukan bagi Fika karena sudah kesekian
kalinya ia seperti itu. Dugaan Fika ternyata benar. Lagi-lagi ia terkunci
diluar gerbang sekolah sendirian. Kali ini ia terkunci sendirian. Berulang kali
ia berteriak kepada satpam untuk membuka gerbangnya, tapi tetap saja hasilnya
nihil. Baru saja ia akan beranjak kembali pulang ke rumah, ia juga melihat Rafa baru datang dan berdiri tepat di
belakangnya. Fika terlonjak kaget, tapi Rafa malah tersenyum padanya seperti
senyum mengejek.
“Elo??”
Fika berucap sambil menunjuk seseorang tepat di depan wajahnya
“Hmm..
apa? Lo telat lagi? Gak bosen apa telat mulu?”
“Lahh..
lo sendiri ngapain disini? Telat juga kan?”
“Gue?
Jelas-jelas gue berdiri masih tanya ngapain. Lu mau masuk nggak?”
“Kemana?
Ke dalem?” jawab Fika sambil menunjuk sekolahnya
“Enggak,
keluar. Gue tinggal nih kalo nggak mau”
“Gimana
caranya oon.. gerbang aja dikunci, lo mau manjat gampang, lha gue?”
“Heh..
siapa yang bilang mau manjat?”
Tanpa
pikir panjang Rafa menyeret tangan Fika menuju ke belakang sekolah. Meskipun
sedikit memberontak dan berteriak, Rafa terlihat tak peduli. Fika geram melihat
Rafa yang sok budek banget. Fika berniat menggigit tangan Rafa, tapi kepala
Fika ditahan oleh Rafa. Malah Fika sendiri yang teraniaya. Anjirr.
“Tuhh..
lo liat” ujar Rafa sambil memutar kepala Fika ke arah yang dimaksudnya. “Lo
bisa masuk lewat situ.. udah sono pergi”
“Lo nggak
masuk? Mau bolos?”
“Menurut
lo?” jawab Rafa melepas tangan Fika dan beranjak pergi.
Gila ya tuh anak. Apa gue ngikut dia aja ya? Itung-itung nambah
pengalaman, toh selama ini gue pengen banget bolos tapi gak pernah kesampean.
Kapan lagi ada kesempatan kayak gini? Batin
Fika nyerocos sambil melihat punggung Rafa yang telah jalan menjauh darinya.
Fika buru-buru menyusul Rafa. Tak mau kalah, Fika malah lari mendahului Rafa
dan membalikkan tubuhnya menghadap Rafaa. Rafaa terkejut melihat Fika malah
mengikutinya. Tak mau pusing, Rafa memilih diam tanpa bertanya kenapa Fika
malah membuntutinya bolos sekolah.
“Jalan yang
bener.. nabrak tiang listrik baru tau rasa lo” Rafa berucap kemudian meraih
tangan Fika agar ia tak berjalan mundur.
“Lo mau
kemana?”
“Kemana
aja.. asal sama lo”
Sesaat
mereka terdiam. Fika baru tersadar sedari tadi sejak mereka jalan bersebelahan,
Rafa terlihat lebihpendiam. Tak seperti biasanya yang selalu menyebalkan. Dan
baru Fika sadari ternyata ia memandang Rafa terlalu lama, cukup lama. Dia
segera menyadarkan diri dan mengambil HP serta headseatnya. Rafa tetap tak berkutik meski ia tau beberapa detik saat Fika memandanginya.
Ia hanya berpura-pura bodoh.
Disisi
lain, teman-teman Fika saling bertanya satu sama lain kemana Fika pergi. Mereka
tak menyadari Rafa juga tidak berada dalam kelas. Luna, Caca, dan Cindy merasa
ada yang aneh dengan Fika. Tak biasanya Fika tak masuk kelas tanpa alasan
dengan kata lain bolos. Dan anehnya juga, akhir-akhir ini Fika tak terlalu sering
menceritakan tentang Farel jika temannya tak bertanya duluan. Temannya baru
bisa menghubungi Fika setelah pulang sekolah. Temannya benar-benar membuka
mulutnya selebar mungkin sambil berteriak tak percaya. Fika benar-benar
membolos… dengan Rafa. Sumpah demi apa teman mereka akur sama Rafa.
“Fika?
Sama Rafa? Jadi ini alasannya kenapa dia jadi jarang cerita soal Farel” Cindy
terkekeh
Entahlah.
Perasaan seseorang tak bisa ditebak dengan mudah semudah satu ditambah satu.
Bagi Fika sekarang, ia lebih nyaman berada dalam situasi dimana ia sedang
berada dekat dengan Rafa daripada Farel. Kini ia tak lagi segugup dulu saat
pertama kali bertemu Farel. Fika tak menyadari jika ia telah melupakan hampir
semua tentang Farel. Tanpa Fika dan Rafa sadari, mereka berdua telah di buntuti
oleh seseorang yang pernah dekat bahkan sangat dekat dengan Fika. Ia
menyebarkan gosip lewat blog sekolah dan memasang foto kedekatan Fika dan Rafa
di mading paling depan dekat dengan gerbang. Saat itu Fika baru sadar telah
melihat dirinya begitu akrab dengan Rafa dalam foto itu. Fika teringat saat Rafa mentraktirnya makan es krim, bermain seperti anak TK, bahkan Fika teringat
saat ia berhutang pada Rafa dulu.
“Siapa
sih yang masang ini?” lamunan Fika hilang seketika. Dirobeknya foto dan artikel
tentang dirinya itu. Sial, gue gak boleh
diem aja. Tiba-tiba mata Fika tertuju pada satu orang yang bersembunyi
dibalik tiang dekat mading. Orang itu menyadari bahwa Fika menangkap basah
dirinya, kemudian lari. Fika mencoba meengejarnya tapi Caca menghampirinya.
Fika hanya sempat menatap mata dan wajah yang tak asing baginya. Dia perempuan.
Seorang perempuan yang telah lama menghilang dari hidupnya. Orang itu…
“Ka, lo
beneran??” tanya Caca ragu, matanya memicing menunjuk pada robekan foto
ditangan Fika. Seolah tak dihiraukan, yang ditanya malah mengalihkan arah
pembicaraan.
“Elo
masih hubungan sama orang itu?”
“Siapa?”
Fika lalu membisikkan sesuatu yang membuat Caca bergidik mendengar namanya.
Ditatapnya Fika dengan curiga sedikit bingung lalu menjawab “Enggak”
“ada apa sih kok muka lo merah banget, lagi
malu ?”,tanya Rafa yang tiba-tiba muncul entah darimana. Saat melihat Rafa di
samping Fika, Caca memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua.
“malu-malu pala lo botak ! lo ga lihat blog
sekolah..?”,jawab Fika
“kagak, bentar gue buka dulu..”
Fika hanya diam menantikan reaksi apa yang di
berikan Rafa.
“ada foto kita berduakan, waktu jalan minggu
lalu..”,ucap Rafa setelahnya.
“iya, dan itu jadi gosip baru di sekolah..”
“biarin aja, gue gak peduli, udah ah ,
temenin gue makan.. laper belum sarapan..”
Lalu Rafa menarik tangan Fika menuju kantin.
“woyy, ngelamun mulu..”,ucap Rafa
“gue masih kepikiran foto tadi..”
“udah biarin aja, paling-paling itu juga
salah satu fans gue..”
“fans ?”
“lo gak tau ? CPR..”
“CPR apaan ?caper apa capar ?”
“bukan, CPR artinya Cewek Pecinta Rafa,
kerenkan gue udah punya fansclub..”
“biasa aja sih..”,jawab Fika cuek.
“yaudah makan aja , aaa “,ucap Rafa sambil
menyodorkan sesendok penuh nasi goreng pada Fika. Fika sempat tertegun melihat
sikap Rafa, namun akhirnya ia menerima suapan Rafa.
“gimana kalo ntar gue di labrak fans lo
?”,tanya Fika lagi, masih membahas masalah foto
“gak akan ada yang berani, gue jamin deh..”
~^^~
Fika terpaksa membuka mata, dan menghentikan
tidur cantiknya saat sebuah sms masuk di hpnya. Ini hari minggu,siapa yang
berani ganggu acara tidurnya. Fika membuka sms tersebut. Rafa!
Lo dimana ?
keluar rumah sekarang, gue di depan rumah lo..
Seketika Fika segera keluar dari kamar, dan
berlari menuju gerbang depan.
“heii “,sapa Rafa
“astaga! Lo ngapain pagi-pagi ke rumah gue ?”
“kencan yukk !”,ajak Rafa santai.
“APAH ?”
“kuping masih berfungsikan, gue ngajak lo
kencan..”
“lo tau, gue baru bangun tidur gara-gara
dapet sms dari lo, dan sekarang gue aja belum mandi udah di ajakin kencan,
mimpi apa gue semalem..”
“cepet mandi sana, gue tunggu 15 menit..”,ucap
Rafa sambil mendorong Fika masuk kedalam rumah.
”Guekan
belum nyetujuin ajakannya, main nyuruh aja tuh orang, sarap kali yaa”
20
menit kemudian............................
“kita mau kemana sih..”,tanya Fika entah yang
keberapa kalinya.
“kan tadi gue udah bilang mau kencan, udah
jangan cerewet..udah sampai nih, buruan keluar”
“tempat sk ? astaga Rafa jangan gila , gue
gak bisa main ski..”
Rafa hanya diam, lalu menggandeng tangan Fika
-ralat- menyeret tangan Fika masuk kedalam.
“rafa, gue takut jatuh..”,heboh Fika saat
berada di Arena sky.
“lo ga akan jatuh, makanya pegang tangan
gue..pelan-pelan aja, siap ? kita meluncur..”
Dan dramapun terjadi, sepanjang permainan
suara teriakan,makian, dan tawa Fika yang mendominasi daripada Rafa.
“Rafa capek.. ”,ucap Fika lemas.
“oke-oke jangan pingsan disini..”
Setelah mengambil tas mereka di tempat
penitipan, Fika dan Rafa beristirahat di salah satu bangku dekat dengan
parkiran.
“lo capek banget ya ? maaf..”,ucap Rafa
sambil menyeka keringat yang ada di wajah Fika. Fika sempat tegang beberapa
detik saat tangan Rafa menyentuh wajahnya, tiba-tiba saja aliran darahnya
seperti berhenti, jantungnya jadi berdetak tak karuan, ada apa dengannya ?
“sumpah gue capek..”
Entah sadar atau tidak, Fika menyandarkan
kepalanya di bahu Rafa, Rafa sendiri tidak terlihat terganggu dengan kepala
Fika yang ada di bahunya.
“laper ?”
“bangetlah, belum sempet sarapan tau..”
“kita makan kebab, ayooo ..”
“mulai lagi deh....”,ucap Fika kesal.
Rafa menghentikan langkahnya mendengar ucapan
Fika.
“ada apa ?”
“bisa ngga, gak usah nyeret gue kayak gini,
kayak sapi aja ..”
“oke deh, gini aja gimana..”,ucap Rafa sambil
menautkan jarinya dengan jari Fika. Benar-benar menaut.
Fika hendak membuka mulutnya untuk menyela
ucapan Rafa, tapi tidak jadi karena mulutnya terlalu kaku untuk menyela.
Mereka berjalan di persimpangan yang di
penuhi penjual makanan ringan.
“apa bu ? tinggal satu cup aja ?”,ucap Fika
sedikit teriak saat mengetahui penjual minuman di depannya ini hanya mempunyai
sisa satu cup minuman saja.
“iya, ini anak saya baru mau beli..”
“yaudah gak apa deh bu, tapi minta sedotannya
dua..”
Lagi. Fika hanya diam mendengar perkataan
Rafa, tenaganya sudah benar-benar habis sekarang, sangat lemas dan lelah.
“aaaa ?”,ucap Rafa sambil menyodorkan
potongan roti bakar pada Fika. Fika dengan sedikit aneh menerima suapan Rafa.
“lo hari ini kenapa sih ?”
“kenapa gimana ?” “aneh aja, gak kayak
biasanya..terlalu romantis bikin horor aja..”
“haha, apa lo terkesan ?” “apa ?”
“apa hari ini lo terkesan sama gue ?”tanya Rafa
sekali lagi.
“lumayan sih..”,jawab Fika lirih.
“brarti misi gue lumayan berhasil..” “misi ?
misi apaan?”
“misi untuk buat lo suka sama gue dalam dua
minggu..”
“APPAH ???!!”,teriak Fika, lalu menyentuh
dahi Rafa, “gak panas tapi kok aneh yaa..”,gumam Fika pelan
“gue serius nihh..gue mau pergi”,ucap Rafa.
“pergi kemana ?”
“gak jadi deh, lupain aja..”
~^^~
“fik.. ga ke kantin ?”,tanya Cindy, teman
sebangkunya.
“lo duluan aja, gue mau ke ruang guru dulu,
ngumpulin tugas..”
Fika berjalan sedikit cepat menuju ruang
guru, karena sedari tadi perutnya sudah keroncongan menahan lapar, ia ingin
segera lapar. Meja wali kelasnya sudah kelihatan, dengan sedikit berlari Fika
meletakkan tugas di atas meja wali kelasnya. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti
saat hendak keluar ruang guru,karena mendengar sebuah suara yang familiar di
telinganya. Itu suara Rafa, sedang apa dia bersama guru dari kesiswaan. Entah sadar
atau tidak, Fika berdiri diam di depan pintu ruang guru, mendengarkan apa yang
sedang dibicarakan oleh Rafa dan gurunya.
“kenapa kamu gak disini aja sih Raf ?”
“saya harus ikut orang tua saya bu..”
“ya sudah, sebaiknya kamu berpamitan dengan
teman-temanmu, sana ke kelas..”
“trimakasih bu..”
Fika mendengar suara langkah kaki mendekat
padanya, ia tau itu langkah kaki Rafa. Tapi tubuhnya sedikit susah bergerak
stelah mengetahui Rafa akan pindah sekolah.
“Fika ?”,ucap Rafa kaget
.
Angin semakin berhembus melambai-lambaikan
rambut Fika yang panjang. Setelah mengetahui Fika mendengarkan permintaan
kepindahannya tadi, Rafa mengajak Fika ke atap sekolah.
“lo mau pindah ? “
Rafa hanya diam tidak menjawab.
“pindah kemana ?” “Jepang”
“kenapa ?” “maafin gue Fik.. gue terpaksa
pindah, orangtua gue kerjaannya di pindah di Jepang.. jadi mau gak mau gue
harus ikut ”
“jadi waktu lo bilang mau pergi itu, mau
pindah ke jepang..”,ucap Fika lirih
“maafin gue Fik, gue janji jika ada waktu
luang gue pasti bakal kesini nemuin lo.. sekarang Cuma itu yang bisa gue
janjiin ke elo”
“Rafa.... kenapa lo gak bilang dari dua
minggu yang lalu saat kencan sih ?”
“ maaf banget, gue bodoh banget ya..”
“ya !”,ucap Fika jengkel. Lalu tanpa diduga
air matanya menetes.
“yaahh jangan nangis, aduh gimana ini..
jangan nangis..”,ucap Rafa panik sambil tangannya menghapus air mata Fika. Tangan
kirinya yang bebas mengmbil sesuatu dari
dari sakunya. Lalu memasang benda tersebut di pergelangan tangan Fika.
“ini buat elo, sebenarnya ini mau gue kasih
ke nyokap gue yang besok lusa ultah, tapi gara-gara di tangan lo kelihatannya
pas banget buat lo aja deh, udah jangan nangis yaa, jangan bikin gue panik,
sekali lagi maaf..”,ucap Rafa sambil mengusap rambut Fika pelan.
“lo ga bakal lupa sama guekan Raf ?”
“gak bakal, tenang aja..”, ucap Rafa, lalu memeluk
tubuh Fika.
Tubuh Fika langsung kaku saat memeluk Rafa. Ada apa ini ?
“sekarang gue pergi dulu, sampai jumpa
beberapa tahun lagi Fika..”
~^^~
5 tahun
kemudian.........
Negeri Sakura sedang mengalami musim semi
sekarang ini. Bunga-bunga bermekaran dengan cantik, membuat siapa saja betah untuk
memandanginya berjam-jam. Temasuk Rafa, sekarang ini dia sedang berjalan-jalan
sambil menggantungkan kamera di lehernya. Sesekali memotret objek yang
menurutnya bagus. Langkahnya berhenti di salah satu bangku di pinggir jalan
untuk mengistirahatkan kakinya yang sudah dibuat berjalan selama 2 jam. Menutup
matanya sejenak, sambil menghirup udara sejuk jepang.
“selamat pagi Rafa...”
“selamat pagi..”,jawab Rafa refleks.
Bukankah dia sedang ada di Jepang ? kenapa
ada yang mengajaknya berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Dengan segera Rafa
membuka matanya. Mendongakkan kepalanya keatas untuk menatap orang yang sedang
menyapanya tadi. Seorang wanita, rambutnya terurai panjang,kulit putih, wajah
cantik khas orang Indonesia. Diaaa.............
“Fika !!”,ucap Rafa kaget setelah tersadar.
~^^~
NOTE : ini khusus buat Faradhilaa..... cerita ini bukan tulisan aku sepenuhnya, judul dan awal cerita Dhila yang bikin, aku cuma ngelanjutin, sorry for typos
I

