Selasa, 02 Juni 2015

NO ENDING



 NO ENDING
Suara angin dan alunan senar gitar bergema dengan indah. Membawa langkah seorang gadis menuju sumber suara itu. Langkahnya berhenti tepat didepan ruang kesenian. Perlahan dilihatnya seseorang dari pojok jendela. Seorang siswa laki-laki sedang memetik gitarnya dengan serius. Gadis itu dibuatnya kagum dengan permainan gitarnya. Tak bermaksud mengintip, gadis itu pun membalikkan tubuhnya berniat pergi.
BUKK!!
“Auww..” rintih gadis itu kesakitan campur kaget.
“Lo ngapain disini? Ngintip ya?” cerocos seorang siswa laki-laki lain yang entah dari mana asalnya tiba-tiba menabrak tubuh gadis itu. Bagaimana bisa laki-laki menabrak tubuh seorang perempuan dan tidak meminta maaf? Malah menuduh yang seperti itu. Gumam gadis itu dalam hati.
“Enak aja.. enggak kok” jawab gadis itu sambil berusaha berdiri. Tiba-tiba pintu ruang kesenian terbuka. Gadis yang hampir berdiri itu terjatuh lagi melihat seorang siswa laki-laki telah berdiri di depannya. Ditatapnya laki-laki itu sambil mendongak.
“Kau tak apa?” tanya siswa bergitar tadi kepada si gadis sambil mengulurkan tangannya berniat membantu. Sedikit gugup, gadis itu meraih tangannya.
“Ti.. tid.. tidak” gadis itu tergagap menjawabnya. Laki-laki yang menabraknya tadi terheran melihat pemandangan aneh didepannya. Lalu tiba-tiba ia tertawa melihat wajah gadis itu yang merona merah menahan malu.
“Hahaha.. heh lihat tuh wajah lo, kayak tomat merah banget..salting lo di deketin farel. Hahahaha…”
“Hiih.. apaan sih lo, gak ada kerjaan lain apa?” balas gadis itu yang kemudian diacuhkan laki-laki tadi. Ya, laki-laki itu melengos pergi begitu saja sambil tertawa. Stress. Batin gadis itu lagi.
“Hmm.. kamu tak ingin ke kelas?” tanya siswa bergitar tadi sambil melihat jam tangannya. Buru-buru gadis itu juga melihat jam tangannya yang sudah tak berfungsi sejak kemarin. Gadis itu lalu menatap siswa bergitar, dan tersenyum sambil menunjukkan rentetan giginya yang putih. Siswa bergitar itu juga melontarkan senyumnya. Entah sadar atau tidak, gadis itu malah langung pergi berlari tanpa menjawab pertanyaan siswa tersebut.
“Ckckck… aneh” decak siswa bergitar.
~^^~
Saat pelajaran berlangsung dikelasnya, gadis itu masih membayangkan kejadian aneh tadi sambil senyum-senyum sendiri seperti orang gila baru. Bahkan teman sebangkunya terlihat jijik melihatnya seperti itu. Tanpa gadis itu sadari, sedari tadi ia sedang mencoret-coret buku catatannya hingga hampir jebol.
“Hehh.. lo kenapa sih?” tanya teman sebangkunya.
“Hmmm.. gapapa kok” jawab gadis itu juga sambil senyum.
“Mbak.. kamu iya kamu, tadi saya bilang apa?” tanya dan tunjuk Pak Nashori kepada teman sebangku gadis itu. Merasa sedikit tersadar, gadis itu berhenti tersenyum dan kembali fokus pada pelajaran itu seolah tak mau kena batu seperti temannya.
“Engg… nganu.. eee..”
“Sebelahnya!!”
Mati gue. Umpat gadis itu pada dirinya sendiri. Lalu ia terdiam karena tak bisa menjawab. Semua mata tertuju pada mereka berdua.
“Makanya didengarkan kalo guru bicara. Nanti ada waktunya sendiri kalian bicara. Ngerti?”
“Iya Pakk..” mereka berdua menjawabnya lirih. Seolah tak mendengar, Pak Nashori mengulang pertanyaannya dengan ketegasan, lebih cenderung membentak sebenarnya.
“Ngerti apa ndak?!!”
“Iya Pakk..” jawab mereka berdua lebih keras.

Yaa… nama gadis itu adalah Fika, seorang gadis yang bertingkah sok dingin atau memang dingin dengan orang yang baru dikenalnya. Fika adalah seorang gadis yang menyukai siswa bergitar bernama Farel sejak ia bertemu dengannya beberapa minggu lalu. Dan laki-laki yang menabrak Fika tadi pagi adalah Rafa, teman abstraknya. Menurut Fika, Rafa adalah teman terusil, terjorok, ternyebelin, dan ter- ter- yang lainnya yang pernah Fika kenal. Dan tanpa Fika sadari, salah satu dari teman dekat Fika ada yang menyembunyikan perasaan diam-diam tanpa ada yang tau. Salah satu dari mereka menyukai Farel selain Fika. Dan awal cerita dimulai saat Fika juga menyukai Farel. Seolah seperti dalam sinetron, Fika selalu membayangkan ia berada dalam sebuah cinta segitiga dimana kedua laki-laki memperebutkannya. Benar-benar indah jika itu sampai terjadi.
~^^~
Pagi yang cerah matahari bersinar menyusup kecelah-celah jendela kamar gadis yang sedang bermimpi dalam tidurnya. Sekejap gadis itu menggeliatkan tubuhnya tapi tak segera beranjak bangun dari tempat tidurnya itu. Seketika gadis itu beranjak bangun dari kasurnya  setelah tersadar saat melihat jam sudah menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit. Ia bergegas turun dari kasurnya dan pergi mandi. Tak ingin berlama-lama, gadis itu segera memakai seragamnya, membawa tas serta dirinya keluar dari kamarnya.
“Mama kok nggak bangunin Fika sih?” tanya Fika buru-buru menyambar sarapan dimeja.
“Biarin aja. Kalo nggak gitu, mau sampe tua kamu mau dibangunin mama? Sarapannya dibawa aja ke sekolah”
“Duhh.. nggak usah Ma, Fika berafakat dulu” jawab Fika terburu-buru sambil mencium tangan Mamanya.
Fika gelisah setengah hidup-bukan setengah mati- karena jam sudah menunjukkan 10 menit sebelum bel masuk. Dalam hati Fika terus bergumam agar ia tidak telat. Karena jika telat, akan sangat memalukan bagi Fika karena sudah kesekian kalinya ia seperti itu. Dugaan Fika ternyata benar. Lagi-lagi ia terkunci diluar gerbang sekolah sendirian. Kali ini ia terkunci sendirian. Berulang kali ia berteriak kepada satpam untuk membuka gerbangnya, tapi tetap saja hasilnya nihil. Baru saja ia akan beranjak kembali pulang ke rumah, ia juga melihat Rafa  baru datang dan berdiri tepat di belakangnya. Fika terlonjak kaget, tapi Rafa malah tersenyum padanya seperti senyum mengejek.
“Elo??” Fika berucap sambil menunjuk seseorang tepat di depan wajahnya
“Hmm.. apa? Lo telat lagi? Gak bosen apa telat mulu?”
“Lahh.. lo sendiri ngapain disini? Telat juga kan?”
“Gue? Jelas-jelas gue berdiri masih tanya ngapain. Lu mau masuk nggak?”
“Kemana? Ke dalem?” jawab Fika sambil menunjuk sekolahnya
“Enggak, keluar. Gue tinggal nih kalo nggak mau”
“Gimana caranya oon.. gerbang aja dikunci, lo mau manjat gampang, lha gue?”
“Heh.. siapa yang bilang mau manjat?”
Tanpa pikir panjang Rafa menyeret tangan Fika menuju ke belakang sekolah. Meskipun sedikit memberontak dan berteriak, Rafa terlihat tak peduli. Fika geram melihat Rafa yang sok budek banget. Fika berniat menggigit tangan Rafa, tapi kepala Fika ditahan oleh Rafa. Malah Fika sendiri yang teraniaya. Anjirr.
“Tuhh.. lo liat” ujar Rafa sambil memutar kepala Fika ke arah yang dimaksudnya. “Lo bisa masuk lewat situ.. udah sono pergi”
“Lo nggak masuk? Mau bolos?”
“Menurut lo?” jawab Rafa melepas tangan Fika dan beranjak pergi.
Gila ya tuh anak. Apa gue ngikut dia aja ya? Itung-itung nambah pengalaman, toh selama ini gue pengen banget bolos tapi gak pernah kesampean. Kapan lagi ada kesempatan kayak gini? Batin Fika nyerocos sambil melihat punggung Rafa yang telah jalan menjauh darinya. Fika buru-buru menyusul Rafa. Tak mau kalah, Fika malah lari mendahului Rafa dan membalikkan tubuhnya menghadap Rafaa. Rafaa terkejut melihat Fika malah mengikutinya. Tak mau pusing, Rafa memilih diam tanpa bertanya kenapa Fika malah membuntutinya bolos sekolah.
“Jalan yang bener.. nabrak tiang listrik baru tau rasa lo” Rafa berucap kemudian meraih tangan Fika agar ia tak berjalan mundur.
“Lo mau kemana?”
“Kemana aja.. asal sama lo
Sesaat mereka terdiam. Fika baru tersadar sedari tadi sejak mereka jalan bersebelahan, Rafa terlihat lebihpendiam. Tak seperti biasanya yang selalu menyebalkan. Dan baru Fika sadari ternyata ia memandang Rafa terlalu lama, cukup lama. Dia segera menyadarkan diri dan mengambil HP serta headseatnya. Rafa tetap tak berkutik meski ia tau beberapa detik saat Fika memandanginya. Ia hanya berpura-pura bodoh.
Disisi lain, teman-teman Fika saling bertanya satu sama lain kemana Fika pergi. Mereka tak menyadari Rafa juga tidak berada dalam kelas. Luna, Caca, dan Cindy merasa ada yang aneh dengan Fika. Tak biasanya Fika tak masuk kelas tanpa alasan dengan kata lain bolos. Dan anehnya juga, akhir-akhir ini Fika tak terlalu sering menceritakan tentang Farel jika temannya tak bertanya duluan. Temannya baru bisa menghubungi Fika setelah pulang sekolah. Temannya benar-benar membuka mulutnya selebar mungkin sambil berteriak tak percaya. Fika benar-benar membolos… dengan Rafa. Sumpah demi apa teman mereka akur sama Rafa.
“Fika? Sama Rafa? Jadi ini alasannya kenapa dia jadi jarang cerita soal Farel” Cindy terkekeh
Entahlah. Perasaan seseorang tak bisa ditebak dengan mudah semudah satu ditambah satu. Bagi Fika sekarang, ia lebih nyaman berada dalam situasi dimana ia sedang berada dekat dengan Rafa daripada Farel. Kini ia tak lagi segugup dulu saat pertama kali bertemu Farel. Fika tak menyadari jika ia telah melupakan hampir semua tentang Farel. Tanpa Fika dan Rafa sadari, mereka berdua telah di buntuti oleh seseorang yang pernah dekat bahkan sangat dekat dengan Fika. Ia menyebarkan gosip lewat blog sekolah dan memasang foto kedekatan Fika dan Rafa di mading paling depan dekat dengan gerbang. Saat itu Fika baru sadar telah melihat dirinya begitu akrab dengan Rafa dalam foto itu. Fika teringat saat Rafa mentraktirnya makan es krim, bermain seperti anak TK, bahkan Fika teringat saat ia berhutang pada Rafa dulu.
“Siapa sih yang masang ini?” lamunan Fika hilang seketika. Dirobeknya foto dan artikel tentang dirinya itu. Sial, gue gak boleh diem aja. Tiba-tiba mata Fika tertuju pada satu orang yang bersembunyi dibalik tiang dekat mading. Orang itu menyadari bahwa Fika menangkap basah dirinya, kemudian lari. Fika mencoba meengejarnya tapi Caca menghampirinya. Fika hanya sempat menatap mata dan wajah yang tak asing baginya. Dia perempuan. Seorang perempuan yang telah lama menghilang dari hidupnya. Orang itu…
“Ka, lo beneran??” tanya Caca ragu, matanya memicing menunjuk pada robekan foto ditangan Fika. Seolah tak dihiraukan, yang ditanya malah mengalihkan arah pembicaraan.
“Elo masih hubungan sama orang itu?”
“Siapa?” Fika lalu membisikkan sesuatu yang membuat Caca bergidik mendengar namanya. Ditatapnya Fika dengan curiga sedikit bingung lalu menjawab “Enggak”
“ada apa sih kok muka lo merah banget, lagi malu ?”,tanya Rafa yang tiba-tiba muncul entah darimana. Saat melihat Rafa di samping Fika, Caca memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua.
“malu-malu pala lo botak ! lo ga lihat blog sekolah..?”,jawab Fika
“kagak, bentar gue buka dulu..”
Fika hanya diam menantikan reaksi apa yang di berikan Rafa.
“ada foto kita berduakan, waktu jalan minggu lalu..”,ucap Rafa setelahnya.
“iya, dan itu jadi gosip baru di sekolah..”
“biarin aja, gue gak peduli, udah ah , temenin gue makan.. laper belum sarapan..”
Lalu Rafa menarik tangan Fika menuju kantin.
“woyy, ngelamun mulu..”,ucap Rafa
“gue masih kepikiran foto tadi..”
“udah biarin aja, paling-paling itu juga salah satu fans gue..”
“fans ?”
“lo gak tau ? CPR..”
“CPR apaan ?caper apa capar ?”
“bukan, CPR artinya Cewek Pecinta Rafa, kerenkan gue udah punya fansclub..”
“biasa aja sih..”,jawab Fika cuek.
“yaudah makan aja , aaa “,ucap Rafa sambil menyodorkan sesendok penuh nasi goreng pada Fika. Fika sempat tertegun melihat sikap Rafa, namun akhirnya ia menerima suapan Rafa.
“gimana kalo ntar gue di labrak fans lo ?”,tanya Fika lagi, masih membahas masalah foto
“gak akan ada yang berani, gue jamin deh..”
~^^~
Fika terpaksa membuka mata, dan menghentikan tidur cantiknya saat sebuah sms masuk di hpnya. Ini hari minggu,siapa yang berani ganggu acara tidurnya. Fika membuka sms tersebut. Rafa!
Lo dimana ? keluar rumah sekarang, gue di depan rumah lo..
Seketika Fika segera keluar dari kamar, dan berlari menuju gerbang depan.
“heii “,sapa Rafa
“astaga! Lo ngapain pagi-pagi ke rumah gue ?”
“kencan yukk !”,ajak Rafa santai.
“APAH ?”
“kuping masih berfungsikan, gue ngajak lo kencan..”
“lo tau, gue baru bangun tidur gara-gara dapet sms dari lo, dan sekarang gue aja belum mandi udah di ajakin kencan, mimpi apa gue semalem..”
“cepet mandi sana, gue tunggu 15 menit..”,ucap Rafa sambil mendorong Fika masuk kedalam rumah.
”Guekan belum nyetujuin ajakannya, main nyuruh aja tuh orang, sarap kali yaa”
            20 menit kemudian............................
“kita mau kemana sih..”,tanya Fika entah yang keberapa kalinya.
“kan tadi gue udah bilang mau kencan, udah jangan cerewet..udah sampai nih, buruan keluar”
“tempat sk ? astaga Rafa jangan gila , gue gak bisa main ski..”
Rafa hanya diam, lalu menggandeng tangan Fika -ralat- menyeret tangan Fika masuk kedalam.
“rafa, gue takut jatuh..”,heboh Fika saat berada di Arena sky.
“lo ga akan jatuh, makanya pegang tangan gue..pelan-pelan aja, siap ? kita meluncur..”
Dan dramapun terjadi, sepanjang permainan suara teriakan,makian, dan tawa Fika yang mendominasi daripada Rafa.
“Rafa capek.. ”,ucap Fika lemas.
“oke-oke jangan pingsan disini..”
Setelah mengambil tas mereka di tempat penitipan, Fika dan Rafa beristirahat di salah satu bangku dekat dengan parkiran.
“lo capek banget ya ? maaf..”,ucap Rafa sambil menyeka keringat yang ada di wajah Fika. Fika sempat tegang beberapa detik saat tangan Rafa menyentuh wajahnya, tiba-tiba saja aliran darahnya seperti berhenti, jantungnya jadi berdetak tak karuan, ada apa dengannya ?
“sumpah gue capek..”
Entah sadar atau tidak, Fika menyandarkan kepalanya di bahu Rafa, Rafa sendiri tidak terlihat terganggu dengan kepala Fika yang ada di bahunya.
“laper ?”
“bangetlah, belum sempet sarapan tau..”
“kita makan kebab, ayooo ..”
“mulai lagi deh....”,ucap Fika kesal.
Rafa menghentikan langkahnya mendengar ucapan Fika.
“ada apa ?”
“bisa ngga, gak usah nyeret gue kayak gini, kayak sapi aja ..”
“oke deh, gini aja gimana..”,ucap Rafa sambil menautkan jarinya dengan jari Fika. Benar-benar menaut.
Fika hendak membuka mulutnya untuk menyela ucapan Rafa, tapi tidak jadi karena mulutnya terlalu kaku untuk menyela.
Mereka berjalan di persimpangan yang di penuhi penjual makanan ringan.
“apa bu ? tinggal satu cup aja ?”,ucap Fika sedikit teriak saat mengetahui penjual minuman di depannya ini hanya mempunyai sisa satu cup minuman saja.
“iya, ini anak saya baru mau beli..”
“yaudah gak apa deh bu, tapi minta sedotannya dua..”
Lagi. Fika hanya diam mendengar perkataan Rafa, tenaganya sudah benar-benar habis sekarang, sangat lemas dan lelah.
“aaaa ?”,ucap Rafa sambil menyodorkan potongan roti bakar pada Fika. Fika dengan sedikit aneh menerima suapan Rafa.
“lo hari ini kenapa sih ?”
“kenapa gimana ?” “aneh aja, gak kayak biasanya..terlalu romantis bikin horor aja..”
“haha, apa lo terkesan ?” “apa ?”
“apa hari ini lo terkesan sama gue ?”tanya Rafa sekali lagi.
“lumayan sih..”,jawab Fika lirih.
“brarti misi gue lumayan berhasil..” “misi ? misi apaan?”
“misi untuk buat lo suka sama gue dalam dua minggu..”
“APPAH ???!!”,teriak Fika, lalu menyentuh dahi Rafa, “gak panas tapi kok aneh yaa..”,gumam Fika pelan
“gue serius nihh..gue mau pergi”,ucap Rafa.
“pergi kemana ?”
“gak jadi deh, lupain aja..”
~^^~
“fik.. ga ke kantin ?”,tanya Cindy, teman sebangkunya.
“lo duluan aja, gue mau ke ruang guru dulu, ngumpulin tugas..”
Fika berjalan sedikit cepat menuju ruang guru, karena sedari tadi perutnya sudah keroncongan menahan lapar, ia ingin segera lapar. Meja wali kelasnya sudah kelihatan, dengan sedikit berlari Fika meletakkan tugas di atas meja wali kelasnya. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat hendak keluar ruang guru,karena mendengar sebuah suara yang familiar di telinganya. Itu suara Rafa, sedang apa dia bersama guru dari kesiswaan. Entah sadar atau tidak, Fika berdiri diam di depan pintu ruang guru, mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh Rafa dan gurunya.
“kenapa kamu gak disini aja sih Raf ?”
“saya harus ikut orang tua saya bu..”
“ya sudah, sebaiknya kamu berpamitan dengan teman-temanmu, sana ke kelas..”
“trimakasih bu..”
Fika mendengar suara langkah kaki mendekat padanya, ia tau itu langkah kaki Rafa. Tapi tubuhnya sedikit susah bergerak stelah mengetahui Rafa akan pindah sekolah.
“Fika ?”,ucap Rafa kaget
.
Angin semakin berhembus melambai-lambaikan rambut Fika yang panjang. Setelah mengetahui Fika mendengarkan permintaan kepindahannya tadi, Rafa mengajak Fika ke atap sekolah.
“lo mau pindah ? “
Rafa hanya diam tidak menjawab.
“pindah kemana ?” “Jepang”
“kenapa ?” “maafin gue Fik.. gue terpaksa pindah, orangtua gue kerjaannya di pindah di Jepang.. jadi mau gak mau gue harus ikut ”
“jadi waktu lo bilang mau pergi itu, mau pindah ke jepang..”,ucap Fika lirih
“maafin gue Fik, gue janji jika ada waktu luang gue pasti bakal kesini nemuin lo.. sekarang Cuma itu yang bisa gue janjiin ke elo”
“Rafa.... kenapa lo gak bilang dari dua minggu yang lalu saat kencan sih ?”
“ maaf banget, gue bodoh banget ya..”
“ya !”,ucap Fika jengkel. Lalu tanpa diduga air matanya menetes.
“yaahh jangan nangis, aduh gimana ini.. jangan nangis..”,ucap Rafa panik sambil tangannya menghapus air mata Fika. Tangan kirinya yang bebas mengmbil sesuatu dari  dari sakunya. Lalu memasang benda tersebut di pergelangan tangan Fika.
“ini buat elo, sebenarnya ini mau gue kasih ke nyokap gue yang besok lusa ultah, tapi gara-gara di tangan lo kelihatannya pas banget buat lo aja deh, udah jangan nangis yaa, jangan bikin gue panik, sekali lagi maaf..”,ucap Rafa sambil mengusap rambut Fika pelan.
“lo ga bakal lupa sama guekan Raf ?”
“gak bakal, tenang aja..”, ucap Rafa, lalu memeluk tubuh Fika.
Tubuh Fika langsung kaku saat memeluk Rafa. Ada apa ini ?
“sekarang gue pergi dulu, sampai jumpa beberapa tahun lagi Fika..”

~^^~
5 tahun kemudian.........
Negeri Sakura sedang mengalami musim semi sekarang ini. Bunga-bunga bermekaran dengan cantik, membuat siapa saja betah untuk memandanginya berjam-jam. Temasuk Rafa, sekarang ini dia sedang berjalan-jalan sambil menggantungkan kamera di lehernya. Sesekali memotret objek yang menurutnya bagus. Langkahnya berhenti di salah satu bangku di pinggir jalan untuk mengistirahatkan kakinya yang sudah dibuat berjalan selama 2 jam. Menutup matanya sejenak, sambil menghirup udara sejuk jepang.
“selamat pagi Rafa...”
“selamat pagi..”,jawab Rafa refleks.
Bukankah dia sedang ada di Jepang ? kenapa ada yang mengajaknya berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Dengan segera Rafa membuka matanya. Mendongakkan kepalanya keatas untuk menatap orang yang sedang menyapanya tadi. Seorang wanita, rambutnya terurai panjang,kulit putih, wajah cantik khas orang Indonesia. Diaaa.............
“Fika !!”,ucap Rafa kaget setelah tersadar.
~^^~

NOTE : ini khusus buat Faradhilaa..... cerita ini bukan tulisan aku sepenuhnya, judul dan awal cerita Dhila yang bikin, aku cuma ngelanjutin, sorry for typos
I


0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo